Identitas
Nama :
M Ridzki Hasibuan
NIM :
71153008
Prodi/Sem :
Ilmu Komputer / III
Fakultas :
Sains dan Teknologi (SAINTEK)
Perguruan Tinggi :
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Dosen Pengampu :
Dr. Ja’far MA
Mata Kuliah :
Akhlak Tasawuf
Tema :
Peran Hati dalam Tasawuf , Metode Tazkiyah Al-Nafs
Buku :
Gerbang Tasawuf
Identitas Buku :
Ja’far, Gerbang Tasawuf, Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi
( Medan : Perdana Publishing, 2016 )
Sub I : Peran
Hati dalam Tasawuf
Sub II :
Metode Tazakiyah al-Nafs
EPISTEMOLOGI TASAWUF
A.
Peran Hati
dalam Tasawuf
Hati
ditempatkan sebagai salah satu sarana mencari ilmu. Istilah hati sering kita
lihat dan kita dengar didalam alqur'an dan hadist dengan berbagai bentuk, kata
qolbun sebanyak 6 kali, kata qulub sebanyak 21 kali, kata al-fu'ad sebanyak 3
kali, kata fu'aduka sebanyak 2 kali, kata af'idah sebanyak 8 kali, dan kata
af-idatuhum sebanyak 3 kali.Selain itu juga dikenal istilah bashirah yang
berarti hati nurani, disebutkan dalam alqur'an sebanyak 2 kali.
(ja'far;2016.hal34)
Hati (qolb)
merupakan jiwa manusia.Menurut Ahmad Mubarok dari segi fungsi hati sebagai alat
untuk memahami realitas dana nilai-nilai serta memutuskan suatu tindakan (Q.S.
al-Araf/7;179),sehingga hati (qolb) menjadi identik dengan akal.Sedangkan
potensi hati ada 8 menurut Ahmad
Mubarok,yaitu : hati bisa berpaling; merasa kecewa dan kesal; secara sengaja
memutuskan untuk melakukan sesuatu;berprasangka; menolak sesuatu; mengingkari;
dapat diuji; dapat ditundukan; dapat diperluas dan dipersempit; bahkan bisa
ditutup.Sedangkan hati manusia bermacam-macam,sebagian bersifat positif dan
sebagian bersifat negatif. (ja'far;2016.hal 34-35).
Dalam
hadist Nabi Muhammad yang artinya ; dan ketahuilah bahwa sesunggauhnya didalam
tubuh terdapat segumpal daging, jika kondisnya baik, maka baiklah seluruh
jasadnya. Jika rusak, maka rusaklah seluruh badan. yaitu dia adalah hati. (ja'far;2016.hal
36)
Menurut
Al-Ghazali hati akan menjadi suci ketika kita hiasi oleh sifat-sifat Ilahiah,
sebagai cahaya iman,sehingga hati seseorang menjadi cermin yang bercahaya
terang, sehingga dapat memperoleh kebenaran, dan bertemu dengan allah.
Sebaliknya,ketika hati seseorang kotor akibat maksiat, maka hati akan menjadi
hitam dan akibatnya akan susah melakukan perbuatan kebaikan contohnya
mendirikan sholat 5 waktu. (ja'far;2016. hal;37).
Perbedaan
akal dan qolbu yaitu akal tidak bisa memperoleh pengetahuan hakikat tentang
tuhan, sedangkan qolbu bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada.
(Ust.Drs.Moh.Saifulloh Al-Aziz S; hal: 102 )
B.
METODE
TAZKIYAH AL-NAFS
Kaum sufi
meyakini bahwa akal manusia masih memiliki kelemahan, meskipun relatif sukses
memberikan gambaran rasional terhadap dunia spiritual(Ja’far,2016,39). Metode
irfani merupakan metode kaum sufi dalam Islam yang mengandalkan aktivitas
penyucian jiwa(tazkiyah al-nafs) untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan
menilai bahwa ilmu hakiki hanya diraih dengan cara mendekatkan diri kepada
sosok yang Maha Mengetahui (al-Alim), bukan dengan metode observasi dan
eksperimen atau juga metode rasional. Diantara kaum sufi terkemuka yang
memiliki keyakinan tersebut adalah al-Ghazali, Ibn Arabi, Suhrawardi, dan Mulla
Shardra. Meskipun meyakini keunggulan metode irfani dari pada metode ilmiyah
lainnya, keempat sufi tersebut memiliki sejumlah perbedaan mengenai metode
tersebut.(Ja’far,2016,40).
Mahzab
tasawuf menurut al-Ghazali, dapat diwujudkan secara sempurna hanya melalui ilmu
dan amal. Karya-karya para sufi menegaskan manusia terdiri atas badan dan jiwa
(qalb). Baik badan maupun jiwa dapat menjadi sehat dan bahagia mana kala
kebutuhan keduanya dapat dipenuhi secara benar, dan menjadi sakit manakala
kebutuhan keduanya tidak dipenuhi, sebab itulah, para sufi mengerjakan tentang
usaha pemenuhan keutuhan jiwa demi menghindaari kehancurannya. Menurut
al-Ghazali, jiwa dan hati manusia menjadi rusak dan hancur jika manusia
bersifat eteis (menolak dan tidak mengenal Allah Swt) dan mengikuti hawa nafsu,
sedangkan hati menjadi sehat manakala mengenal Allah, mengikuti ajaran para
nabi sebagai pembawa ajaran agama, dan senantiasa melaksanakan ibadah secara
mantap sehingga mencapai derajat qalbun salim. Sebagai mana ditegaskan bahwa
tasawuf tidak hanya sekedar ilmu, melainkan agama, sehingga dasar pijakan kaum
sufi adalah mengamalkan ajaran kaum sufi dengan uzlah, khalwa, riyadhah,
mujahadah, ibadah, dan zikr sebagai
sarana paling tepat untuk menyucikan jiwa. Kaum sufi yang terbagi dalam
berbagai mazhab tasawuf telah merumuskan beragam model ajaran tasawuf dalam
rangkai mencapai tujuan utama dalam mazhab tasawuf.(Ja’far,2016,42).
Ibn al-Qayyin al-Jauziyah menyebut ilmu yang
diraih kaum sufi sebagai ilm laduniyun, yakni ilmu yang diisyaratkan ilmu yang
diperoleh seorang hamba tanpa menggunakan sarana, tetapi berdasarkan ilham dari
Allah, dan diperkenalkan Allah kepada hamba-Nya. Ilmu ladunni merupakan buah
dari ibadah, serta kepatuhan dan kebersamaan dengan Allah, dan dicari dari
keputusan kepada Rasul-Nya. Ilmu ladunni terdiri atas dua macam : dari sisi
Allah dan dari sisi setan. Suhrawardi dan Mulla Shadra menyebut bahwa ilmu
ladunni sebagai ilm al-hushul, sebagai lawan dari ilm al-hushul harus
diusahakan oleh manusia, sedangkan ilm al-hushul diraih tanpa usaha dan
merupakan pemberian langsung dari Allah Swt(Ja’far,2016,43).
Kesimpulan :
Hati yang diciptakan Allah Swt sejatinya
digunakan sebaik – baiknya, seperti sebagai sarana mencaari ilmu. Jika hati
yang suci, bersih, dan damai maka ilmu akan lebih mudah untuk didapat, terutama
ilmu yang langsung dari Allah Swt.
Hati yang selalu senantiasa ingat atau
berzikir pada Allah Swt maka Allah akan senantiasa bersamanya, baik itu berpengaruh
pada pikiran, jasmani, prilaku, dan lainnya. Sebaliknya jika hati yang jarang
berzikir kepada Allah Swt apalagi manusia tersebut senantiasa mengotori hatinya
sendiri dengan prilaku, perkataan dan lainnya maka ia akan jauh dari Allah Swt
dan sulit berpikir jernih.
Metode
tazkiyah al-nafs yang diakui oleh
Alquran, yakni selalu melakukan pensucian hati dan dirinya dan selalu
senantiasa mendekatkan diri pada Allah Swt.
Relevansi :
1. Sebagai
seorang programmer yang benar, ia harus memahami epistemologi tasawuf agar apa
yang di perbuatnya senantiasa karena Allah Swt
2. Seorang
programmer senantiasa membersihkan hati dengan selalu berzikir kepada Allah Swt
agar program yang dikerjakan mendapat berkah dan di ridhai Allah Swt
3. Seorang programmer
harus meluruskan niatnya dalam membangun sebuah program hanya untuk dijalan
Allah Swt, membangun program mengutamakan kemajuan agama, baik untuk syiar,
dakwah, ataupun mempermudah ummat dalam bersilaturrahmi
4. Seorang programmer
menerapkan Metode tazkiyah al-nafs agar hatinya selalu terpelihara
5. Seorang programmer
yang sufistik sangat mungkin mendapat ilmu langsung dari Allah Swt dikarenakan
kesucian hatinya, sehingga hasil karya program menjadi luar biasa dikarenakan
program tersebut bermanfaat bagi orang lain dijalan yang benar
Pemahaman :
Seseorang yang memiliki sifat sufistik
yang senantiasa menyucikan diri dan hati dengan cara bertaqwa kepada Allah Swt.
Apabila seseorang suci hatinya maka keeluruhannya akan baik seperti berakhlakul
karimah, dan itu pasti akan terpancar dari dirinya. Sebaliknya jika hati yang
kotor dan jauh dari Allah Swt maka keseluruhannya akan buruk
Tags :
Akhlak Tasawuf
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments