IDENTITAS
Nama : M Ridzki Hasibuan
NIM : 71153008
Prodi/Sem : Ilmu Komputer-1 / III
Fakultas : Sains dan Teknologi
Perguruan Tinggi : UIN Sumatera
Utara
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, MA
Matakuliah : Akhlak Tasawuf
TEMA : INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS
BUKU
Identitas Buku :
1.Ja’far, Gerbang Tasawuf: Dimensi
Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum sufi
(Medan: Perdana Publishing, 2016)
Sub 1 : Integrasi Dalam Sejarah
Islam
Sub 2 : Integrasi Dalam Ranah
Ontologi
Sub 3 : Integrasi Dalam Ranah
Epistemologi
Sub 4 : Integrasi Dalam Ranah
Aksiologi
1.
Integrasi dalam Sejarah Islam
Dalam
sejarah intelektual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan
dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah Islam, ditemukan seorang ahli
astronomi, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yanng mempuni
dalam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti tauhid, fikih, tafsir, hadist, dan
tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman,
para pemikir Muslim klasik menempuh pola hidup sufitis, dan kajian-kajian
ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religius dan spiritual.(Ja’far,
2016:102)
Para
filsuf dari mazhab peripatetik merupakan pemikiran Mmuslim yang berhasil
mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada
Alquran dan Hadist, lantaran tema-tema filsafat Yunani diIslamisasikan dan
disesuaikan dengan pradigma islam.(Ja’far,2016:102)
2.
Integrasi dalam Ranah Ontologi
Istilah
ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos
yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga
ontologia bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi
merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan
membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik
esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpilkan bahwa ontologi sebagai bagian
dari kajian filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek ilmu dengan
manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang
teori keberadaan, dari istilah ontologi ditujukan pada pembahasan tentang objek
kajian ilmu. (Ja’far, 2016:105)
Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf Muslim dari
sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut
Ibn ‘Arabi (w. 1240), alam diciptakan Allah Swt. Melalui proses tajalli (penampakan
diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah Swt. Mengambil
dua bentuk: Tajalli dzati dalam bentuk penciptaan potensi; dan tajalli
syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta. (Ja’far,
2016:106)
3.
Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah
epistemologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang maknanya pengetahuan,
dan logos yang maknanya ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi
dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan
kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih
pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. (Ja’far, 2016: 107-108)
Kajian-kajian
ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam
epistemologi Islam sebagai metode tajribi, sedangkan tasawuf mengandalkan
metode irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. (Ja’far, 2016:108)
Ibn
Arabi dan filsuf seperti Ibn Sina memanfaatkan praktik-praktik ibadah yang
kerap dilakuakan oleh kaum sufi, seperti zkir dan shalat untuk mendapatkan ilmu
menegnai banyak hal, terutama pemahaman terhadap dunia fisik dan non-fisik. (Ja’far,
2016:109)
4.
Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari
bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang bermakna teori.
Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan dan
status metafisik dari nilai tersebut. Menurut Bunin dan Yu, aksiologi adalah
studi umum tentang nilai dan penilaian, termasuk makna, karakteristik, dan
klasifikasii nilai, serta dasar dan karakter pertimbangan nilai. Aksiologi juga
dimaknai sebagai studi tentang manfaat akhir dari segala sesuatu.
(Ja’far, 2016:
110)
Suriasumantri menyimpulkan bahwa
aksiologi aebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan
dan penggunaan ilmu. Jadi, aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencarian dan
pengembangan ilmu.(Ja’far, 2016:110)
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pendidikan memiliki dua
misi utama yaitu pembinaan daya intelektual dan pembinaan daya
moral, Mensinergikan sains dan Islam (Agama) merupakan sesuatu yang sangat
penting, bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai Agama dalam
perkembangan sains dan tekhnologi akan melahirkan dampak negatif yang luar
biasa, tidak hanya pada orde sosial-kemanusiaan, tetapi juga pada orde alam
semesta ini.
RELEVANSI
Karena melalui tasawuf ini seseorang
disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan. Dengan adanya
bantuan tasawuf ini,maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan
bertabrakan karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Selanjutnya
tasawuf melatih manusia memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
Sikap batin dan kehalusan budi yang tajam ini menyebabkan ia akan selalu
mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi dengan
demikian ia akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama.